BAB 9
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat
menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya kini sudah mendalam. Ini merupakan
sikap yang wajar asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional. Sebab
teknologi selain mempermudah kehidupan manusia juga mempunyai dampak sosial yang lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri.
Menurut Schumacher, dalam Kecil itu Indah, dunia modern yang
dibentuk oleh teknologi menghadapai tiga krisis sekaligus yaitu:
1. Sifat kemanusiaan
berontah terhadap pola-pola politik,
organisasi dan teknologi yang tidak berperikemanusiaan, yang terasa menyesakkan
nafas dan melemahkan badan.
2. Lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tanda
setengah binasa.
3. Penggunaan sumber daya yang tidak dapat dipulihkan sehingga
terjadi kekurangan sumber daya alam tersebut seperti bahan bakar fosil.
Oleh sebab itu, dipertanyakan bagaimana peranan teknologi
dalam usaha mengatasi kemiskinan dan membatasi alternatif pemecahan masalah
serta mempengaruhi hasilnya.
Ilmu pengetahuan,
teknologi dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan
dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdepedensi
dan ramifikasi (percabangannya) dan membuatnya operasional dalam rangka social
engineering-nya.
I. Ilmu Pengetahuan
Ada keseragaman pendapat di kalangan ilmuwan,yaitu bahwa ilmu itu
selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal
tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan
akumulatif.
- Aristoteles : Pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat
diinderai dan dapat merangsang budi;
- Decartes : Ilmu pengetahuan merupakan serba
budi;
- Bacon dan David Home : Ilmu pengetahuan merupakan pengalaman
indera dan batin;
- Immanuel Kent: : Pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman;
- Phyroo : Mengatakan tidak ada kepastian dalam
pengetahuan.
Dari berbagai macam pandangan diatas diperoleh teori-teori
kebenaran pengetahuan:
1. Teori yang bertitik
tolah adanya hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana Teori yang bertitik
tolak adanya hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana pengetahuan dianggap
benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil yang
terdahulu.
2. Pengetahuan
benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.
3. Pengetahuan
benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai
pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan
kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan mengalami kesulitan,
walaupun dikalangan ilmuwan sudah ada keseragaman pendapat, namun masih
terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan
Pleonasme/mubazir saja. Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang
merupakan bahan dalam penelitian, yaitu meliputi :
a. Objek Material : Suatu bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh
b. Objek Formal : Sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi
pusat perhatian
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu
meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan yang dimulai dengan pengamatan, yaitu
suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan
untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara
berfikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif yang berujuk pada pengujian
kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencarai berbagai hal
yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah yaitu:
1. Tidak ada
perasaan yang bersifat pamrih agar dapat mencapai pengetahuan ilmiah yang
objektif.
2. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3. Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera
dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma
terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan
kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan yang meliputi arti sumber,
kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk
langkah selanjutnya. Ilmu pengetahuan mencakup ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebut
generic meliput segala usaha penelitian dasar dan terapan serta
pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah,
sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan
ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai penggunaan sistematis dari pengetahuan
yang diperoleh penelitian untuk keperluan produksi bahan2, cipta rencana sistem
metode atau proses yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau
engineeringnya (Bachtiar Rifai, 1975)
II. Teknologi
Teknologi
merupakan satu konsep yang luas dan mempunyai lebih daripada satu pengertian. Pengertian
yang pertama ialah pembangunan dan
penggunaan alatan, mesin, bahan dan proses untuk menyelesaikan masalah manusia.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja
(1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Rasionalitas : Tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2. Artifisialitas : Selalu
membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3. Otomatisme : Dalam
hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis.
4. Teknis berkembang
pada suatu kebudayaan.
5. Monisme : Semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6. Universalisme : Teknik
melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebuadayaan.
7. Otonomi : teknik
berkembang menurut prinsip sendiri.
III. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai
atau moral. Hal ini besar perhatiannya yang dirasakan dampaknya melalui
kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya
dengan nilai moral yaitu:
3. Aksiologis : Asas menggunakan ilmu pengetahuan atau
fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari
ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan:
- Golongan 1 : Menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si
ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk.
- Golongan 2 : Menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas
metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus
berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai.
IV. Kemiskinan
Menurut Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinan dinyatakan
dalam rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/tahun yaitu untuk
desa 320 kg/orang/tahun dan 480 kg/orang/tahun). Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di
bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak memiliki
faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dsb;
b. Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti
untuk memperoleh tanah garapan atau modal usah;
c. Tingkat pendidikan
mereka rendah, tidak sampai tamat
sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d. Kebanyakan tinggal
di desa sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja;
e. Banyak yang hidup
di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Menurut teori Fungsionalis dari Statifikasi (tokohnya
Davis), kemiskinan memiliki sejumlah fungsi yaitu:
1. Fungsi Ekonomi
Penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu menimbulkan dana
sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat
pemulung).
2. Fungsi Sosial
Meninmbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan,
sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi
kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi
Kultural
Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber
inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama
manusia..
4. Fungsi Politik
Berfungsi sebagai kelompok gelisan atau masyarakat marginal
untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti
menyetujui lembaga tersebut. Tetapi karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan
fungsi lain sebagai pengganti.
Sumber :
Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk; Ilmu Sosial Dasar
http://chandra311.blogspot.com/2013/01/tulisan-isd-ilmu-pengetahuan-teknologi.html
Komentar
Posting Komentar